Friday, October 9, 2009

Ini Adalah Pengalamanku

Cerita Panas - Ini Adalah Pengalamanku

Ini adalah pengalamanku yang kesekian kalinya bersetubuh dengan wanita setengah baya. Kejadiannya pada saat kenaikkan kelas, aku mendapat liburan satu bulan dari sekolah. Untuk mengisi waktu liburanku, aku mengiyakan ajakan Mas Iwan sopir Pak RT tetanggaku untuk berlibur dikampungnya. Disebuah desa di Jawa Barat. Katanya, sekalian mau nengok istrinya. Aku tertarik omongan Mas Iwan bahwa gadis-gadis di kampungnya cantik-cantik dan mulus-mulus. Aku ingin buktikan omongannya.

Dengan mobil pinjaman dari ayahku, kami berangkat ke sana. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sekitar jam 17.00 WIB kami tiba di kampungnya. Rumah Mas Iwan berada cukup jauh dari rumah tetangganya. Rumahnya cukup bagus, untuk ukuran di kampung, bentuknya memanjang.

di rumah Mas Iwan kami disambut oleh Mbak Irma, istrinya dan Tante Sari mertuanya. Ternyata Mbak Irma, istri Mas Iwan, seorang perempuan yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan bodynya sangat sexy.
Sedangkan Tante Sari tak kalah cantiknya dengan Mbak Irma. Meskipun sudah berumur empat puluhan, kecantikannya belum pudar. Bodynya tak kalah dengan gadis remaja. Oh ya, Tante Sari bukanlah ibu kandung Mbak Irma. Tante Sari kimpoi dengan Bapak Mbak Irma, setelah ibu kandung Mbak Irma meninggal. Tapi setelah lima tahun menikah, bapak Mbak Irma yang meninggal, karena sakit. Jadi sudah sepuluh tahun Tante Sari menjanda.

Sekitar jam 20.00 WIB, Mas Iwan mengajakku makan malam ditemani Mbak Irma dan Tante Sari. Sambil makan kami ngobrol diselingi gelak tawa. Walaupun kami baru kenal, tapi karena keramahan mereka kami serasa sudah lama kenal. Selesai makan malam Mas Iwan dan Mbak Irma permisi mau tidur. Mungkin mereka sudah tak sabar melepaskan hasrat yang sudah lama tak tersalurkan. Tinggal aku dan Tante Sari yang melanjutkan obrolan. Tante Sari mengajakku pindah ke ruang tamu. Pas di depan kamar Mas Iwan.

Saat itu Tante Sari hanya mengenakan baju tidur transparan tanpa lengan. Hingga samar-samar aku dapat melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sexy. Tante Sari duduk seenaknya hingga gaunnya sedikit tersingkap. Aku yang duduk dihadapannya dapat melihat paha mulusnya, membangkitkan nafsu birahiku. Penisku menegang dari balik celanaku. Tante Sari membiarkan saja aku memelototi paha mulusnya. Bahkan dia semakin lebar saja membuka pahanya.

Semakin malam obrolan kami semakin hangat. Tante Sari menceritakan, semenjak suaminya meninggal, dia merasa sangat kesepian. Dan aku semakin bernafsu mendengar ceritanya, bahwa untuk menyalurkan hasrat birahinya, dia melakukan onani. Kata-katanya semakin memancing nafsu birahiku. Aku tak tahan, nafsu birahiku minta dituntaskan. Akupun pergi kekamar mandi. Sampai di kamar mandi, kukeluarkan penisku dari balik celanaku. Kukocok-kocok sekitar lima belas menit. Dan crot! crot! crot! Spermaku muncrat kelantai kamar mandi. Lega sekali rasanya.

Setelah menuntaskan hasratku, aku balik lagi ke ruang tamu. Alangkah terkejutnya aku. Disana di depan jendela kamar Mas Iwan yang kordennya sedikit terbuka kulihat Tante Sari sedang mengintip ke dalam kamar, Mas Iwan yang sedang bersetubuh dengan istrinya.

Nafas Tante Sari naik turun, tangannya sedang meraba-raba buah dadanya. Nafsu birahiku yang tadi telah kutuntaskan kini bangkit lagi melihat pemandangan di depanku. Tanpa berpikir panjang, kudekap tubuh Tante Sari dari belakang, hingga penisku yang sudah menegang menempel hangat pada pantatnya, hanya dibatasi celanaku dan gaun tidurnya. Tanganku mendekap erat pinggang rampingnya. Dia hanya menoleh sekilas, kemudian tersenyum padaku. Merasa mendapat persetujuan, aku semakin berani. Kupindahkan tanganku dan kususupkan kebalik celana dalamnya. Kuraba-raba bibir vaginanya.

“Ohh… Don… Enakk,” desahnya, ketika kumasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya yang telah basah. Setelah puas memainkan jari-jariku dilubang vaginanya, kulepaskan dekapan dari tubuhnya. Kemudian aku berjongkok di belakangnya. Kusingkapkan gaun tidurnya dan kutarik celana dalamnya hingga terlepas.
Kudekatkan wajahku ke lubang vaginanya. Kusibakkan bibir vaginanya lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati lubang vaginanya dari belakang, sambil kuremas-remas pantatnya. Tante Sari membuka kedua pahanya menerima jilatan lidahku. Inilah vagina terindah yang pernah kurasakan.

“Oohh… Don… Nik… mat,” suara Tante Sari tertahan merasakan nikmat ketika lidahku mencucuk-cucuk kelentitnya. Dan kusedot-sedot bibir vaginanya yang merah.

“Ohh… Don… Luarr… Biasaa… Enakk… Sedott… terus,” pekiknya semakin keras.
Cairan kelamin mulai mengalir dari vagina Tante Sari. Hampir setiap jengkal vaginanya kujilati tanpa tersisa. Tante Sari menarik vaginanya dari bibirku, kemudian membalikkan tubuhnya sambil memintaku berdiri. Dia mendorong tubuhku ke dinding. Dengan cekatan ditariknya celanaku hingga terlepas, maka penisku yang sudah tegang, mengacung tegak dengan bebasnya.

“Ohh… Luar biaassaa… Don… Besar sekali,” serunya kagum.“Isepp… Tante, jangan dipandang aja,” pintaku. Tante Sari mengabulkan permintaanku. Sambil melepaskan gaun tidurnya, dia lalu berjongkok dihadapanku. Wajahnya pas di depan selangkanganku. Tangan kirinya mulai mengusap-usap dan meremas-remas buah pelirku. Sedangkan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku dengan irama pelan tapi pasti. Mulutnya didekatkan kepenisku dan dia mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku. Aku meringis merasakan geli yang membuat batang penisku semakin tegang.

“Ohh… Akhh… Tan… Te… Nikk.. matt,” seruku tertahan, ketika Tante Sari mulai memasukkan penisku kemulutnya. Mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang besar dan panjang. penisku keluar masuk di mulutnya. Tante Sari sungguh lihai memainkan lidahnya. Aku dibuatnya seolah-olah terbang keawang-awang.
Tante Sari melepaskan penisku dari kulumannya setelah sekitar lima belas menit. Kemudian dia memintaku duduk dilantai. Dia lalu naik kepangkuanku dengan posisi berhadapan. Diraihnya batang penisku, dituntunnya ke lubang vaginanya. Perlahan-lahan dia mulai menurunkan pantatnya. Kurasakan kepala penisku mulai memasuki lubang yang sempit. Penisku serasa dijepit dan dipijit-pijit. Mungkin karena sudah sepuluh tahun tidak pernah terjamah laki-laki. Meski agak susah, akhirnya amblas juga seluruh batang penisku ke dalam lubang vaginanya.

Tante Sari mulai menaik-turunkan pantatnya, dengan irama pelan. Diiringi desahan-desahan lembut penuh birahi. Sesekali dia memutar-mutar pantatnya, penisku serasa diaduk-aduk dilubang vaginanya. Aku tak mau kalah, kuimbangi gerakkannya dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Seirama gerakkan pantatnya.
Oh, senangnya melihat penisku sedang keluar masuk vaginanya. Bibirku menjilati buah dadanya secara bergantian, sedangkan tanganku mendekap erat pinggangnya. Semakin lama semakin cepat Tante Sari menaik turunkan pantatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Dan kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin keras.
“Ohh… Don… Aku… Mau… Keluarr,” pekiknya.“Tahan… Tan… Te… Akuu… Belumm… Mauu,”sahutku.“Akuu… Tak… Tahann… Sayang,” teriaknya keras.Tangannya mencengkeram keras punggungku.

“Akuu… Ke… Ke… Luarr… Sayangg,” jeritnya panjang. Tante Sari tak dapat menahan orgasmenya, dari vaginanya mengalir cairan yang membasahi seluruh dinding vaginanya. Tante sari turun dari pangkuanku lalu merebahkan tubuhnya dipangkuan. Kepalanya berada pas diselangkanganku. Tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Dan mulutnya mengulum kepala penisku dengan lahapnya.

Perlakuannya pada penisku membuat penisku berkedut-kedut. Seakan-akan ada yang mendesak dari dalam mau keluar. Dan kurasakan orgasmeku sudah dekat. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkanganku. Hingga penisku semakin dalam masuk kemulutnya. “Akhh… Tante… Akuu… Mau keluarr,” teriakku.“Keluarin… Dimulutku sayang,” sahutnya.Tante sari semakin cepat mengocok dan mengulum batang penisku. Diiringi jeritan panjang, spermaku muncrat ke dalam mulutnya.

“Ohh… Kamu… Hebatt… Don, aku puas,” pujinya, tersenyum ke arahku. Tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati dan menelan sisa-sisa spermaku. Suara ranjang berderit di dalam kamar, membuat kami bergegas memakai pakaian dan pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Kemudian masuk ke kamar Masing-masing. Beberapa menit kemudian kudengar langkah kaki Mbak Irma ke kamar mandi. Dari balik jendela kamarku dapat kulihat Mbak Irma hanya mengenakan handuk yang yang dililitkan ditubuhnya. Memperlihatkan paha mulus dan tubuh sexynya. Membuatku mengkhayal, alangkah senangnya bisa bersetubuh dengan Mbak Irma.
Sekitar jam 02.00 dinihari, aku terbangun ketika kurasakan ada yang bergerak-gerak di selangkanganku.
Rupanya Tante Sari sedang asyik mengelus-elus buah pelirku dan menjilati batang penisku. “Akhh… terus… Tante… terus,” gumanku tanpa sadar, ketika dia mulai mengulum batang penisku. Dengan rakus dia melahap penisku. Sekitar sepuluh menit berlalu kutarik penisku dari mulutnya. Kusuruh dia menungging, dari belakang kujilati lubang vaginanya, bergantian dengan lubang anusnya. Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya yang basah dan memerah. Sedikit demi sedikit penisku memasuki lubang vaginanya. Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisku amblas tertelan lubang vaginanya.

Aku mulai memaju mundurkan pantatku, hingga penisku keluar masuk lubang vaginanya. Sambil kuremas-remas pantatnya. “Ooh… Don… Nikk… Matt… Bangett,” rintihnya.

Aku semakin bernafsu memaju mundurkan pantatku. Tante sari mengimbangi gerakkanku dengan memaju mundurkan juga pantatnya, seirama gerakkan pantatku. Membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Semakin lama semakin cepat gerakkan pantatnya. “Don… Donnii… Akuu… Tak… Tahann,” jeritnya.“Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” imbuhnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan menjepit penisku. Tangannya mencengkeram dengan keras diranjang. “Ooh… Oo… Aku… Keluarr,” lolongnya panjang.

Dan kurasakan ada cairan yang merembes membasahi dinding-dinding vaginanya. Tante Sari terlalu cepat orgasme, sedangkan aku belum apa-apa. Aku tak mau rugi, aku harus puas, pikirku. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kuarahkan ke lubang anusnya. “Akhh… Donn… Jangann… Sakitt,” teriaknya, ketika kepala penisku mulai memasuki lubang anusnya. Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku lebih keras hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Dan kurasakan nikmatnya jepitan lubang anusnya yang sempit. Perlahan-lahan aku mulai menarik dan mendorong pantatku, sambil memasukkan jari-jariku ke lubang vaginanya. Tante sari menjerit-jerit merasakan nikmat dikedua lubang bawahnya.

“Enak khan Tante?” tanyaku.“Hemm… Enakk… Banget… Sayang,” sahutnya sedikit tersipu malu. Semakin lama semakin cepat kusodok lubang anusnya. Sambil kutepuk-tepuk pantatnya. Kurasakan penisku berkedut-kedut ketika orgasmeku akan tiba dan crott! crott! crott! Kutumpahkan spermaku dilubang anusnya. “Penismu yang pertama sayang, memasuki lubang anusku,” katanya sambil membalikkan tubuhnya dan tersenyum padaku.“Kamu luar biasa Don, belum pernah kurasakan nikmatnya bersetubuh seperti ini,” imbuhnya.“Tante mau khan, setiap malam kusetubuhi?” tanyaku.“Siapa yang menolak diajak enak,” sahutnya seenaknya.

Sejak saat itu, hampir setiap malam kusetubuhi Tante sari. Ibu tiri Mbak Irma yang haus sex, yang hampir sepuluh tahun tidak dinikmatinya, sejak kematian suaminya. Tak terasa sudah lima hari aku berada di rumah Mas Iwan. Selama lima hari pula aku menikmati tubuh Tante Sari, mertuanya yang haus sex. Tante Sari yang sepuluh tahun menjanda, betul-betul puas dan ketagihan bersetubuh denganku. Meski telah berusia setengah baya, tapi nafsu birahinya masih meletup-letup, tak kalah dengan gadis remaja.

Sore itu, sehabis mandi dan berpakaian, Mas Iwan mengajakku jalan-jalan. Katanya mau ketemu seorang teman yang sudah lama dirindukannya. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, sampailah kami di rumah teman Mas Iwan. Sebuah rumah yang berada dikawasan yang cukup elite. Kedatangan kami disambut dua orang wanita kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira. Keduanya sama-sama cantik dan sexy. Mas Iwan memperkenalkanku pada kedua teman wanitanya.

“Mas Iwan, aku kangen banget,” katanya sambil memeluk Mas Iwan.“Aku juga Rin,” sahut Mas Iwan. Sambil meminum kopi susu yang disuguhkan Mbak Rina, kami bercakap-cakap. Mbak Rina duduk dipangkuan Mas Iwan. Dan Mas Iwan merangkulnya dengan mesra. Mbak Rina tanpa malu-malu menceritakan, kalau Mas Iwan adalah pacar pertamanya dan Mas Iwanlah yang membobol perawannya.

Mbak Vira hanya tersenyum mendengar cerita kakaknya yang blak-blakan. Makin lama kelakuan Mbak Rina makin mesra saja. Tanpa malu-malu, dia mengecup dan melumat bibir Mas Iwan dan Mas Iwan menyambutnya dengan sangat bernafsu. Aku jadi risih menyaksikan kelakuan mereka. Sekitar sepuluh menit mereka bercumbu di depan kami. “Kita lanjutin di kamar aja say,” kata Mbak Rina pada Mas Iwan. Mas Iwan mengangguk tanda setuju, sambil membopong tubuh Mbak Rina ke dalam kamar.“Kalian jangan ngintip ya,” kata Mas Iwan pada kami sambil tersenyum. Aku dan Mbak Vira hanya bengong melihat kemesraan mereka. Tanpa menghiraukan larangan Mas Iwan, Mbak Vira beranjak dari tempat duduknya sambil meraih tanganku menuju kamar Mbak Rina. Kami kemudian berdiri di depan pintu kamar Mbak Rina yang terbuka lebar. Dari situ aku dan Mbak Vira melihat Mas Iwan merebahkan tubuh Mbak Rina diatas ranjang dan mulai melepaskan gaun Mbak Rina. Aku terkesima melihat mulusnya dan sexynya tubuh Mbak Rina, ketika seluruh pakaiannya dibuka Mas Iwan.

Nafsu birahiku tak tertahankan lagi, penisku menegang dibalik celanaku. Tanpa sadar kupeluk tubuh Mbak Vira yang berdiri di depanku. Mbak Vira diam saja dan membiarkanku memeluknya. Malah tangan dibawa ke belakang dan disusupkan ke balik celanaku. Mendapat perlakuan seperti itu, nafsuku semakin memuncak dan penisku semakin menegang. Apalagi saat Mbak Vira menggerak-gerakkan tangannya mengocok-ngocok batang penisku.

Sementara di dalam kamar, Mas Iwan menarik tubuh Mbak Rina ketepi Ranjang. Kedua paha Mbak Rina dibukanya lebar-lebar. Maka terpampanglah vagina Mbak Rina yang indah, dihiasi bulu-bulu yang dicukur rapi. Mas Iwan kemudian berjongkok dan mendekatkan mulutnya kebibir vagina Mbak Rina.

“Ohh… Say… Yang… Nikk… Mat,” desah Mbak Rina tertahan, ketika Mas Iwan mulai menjilati vaginanya. Lidah Mas Iwan menari-nari dan mencucuk-cucuk vagina Mbak Rina. Pantat Mbak Rina terangkat-angkat menyambut jilatan Mas Iwan. Kedua pahanya terangkat dan menjepit kepala Mas Iwan.

“Sudah… Say… Aku… nggak tahan… Masukin punyamu say,” pinta Mbak Rina penuh nafsu. Mas Iwan kemudian berdiri dan melepaskan semua pakaiannya.

Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mas Iwan memegang penisnya dan mengarahkannya ke lubang vagina Mbak Rina yang telah basah dan merah merekah. Slepp! Kepala penis Mas Iwan mulai memasuki vagina Mbak Rina.

“Aow… terus… Say… terus… Genjot,” seru Mbak Rina, ketika Mas Iwan mulai mendorong pantatnya naik turun. Penisnya keluar masuk dari vagina Mbak Rina.

Melihat Mas Iwan dan Mbak Vira sedang bersetubuh di depanku, membuat nafsu birahiku semakin tinggi. Kususupkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dapat kurasakan vaginanya yang telah basah, pertanda Mbak Vira juga bangkit nafsu birahinya. Kucucuk-cucuk vaginanya dengan jari-jariku. Dia mendesah penuh nafsu. Mbak Vira mengimbangi dengan semakin cepat mengocok-ngocok penisku. Sekitar sepuluh menit Mbak Vira mengocok penisku. Mbak Vira kemudian menyudahi kocokkannya dan membalikkan badannya, menghadap ke arahku. Ditariknya celanaku hingga terlepas.

Setelah celanaku terlepas, keluarlah penisku yang tegang penuh dan mengacung-acung dengan bebasnya. Mbak Vira terpukau melihat penisku yang besar dan panjang. Mbak Vira kemudian berjongkok dikakiku, wajahnya berada pas di depan selangkanganku. Mbak Vira mendekatkan mulutnya kebatang penisku. Mula-mula dia menjilati penisku dari kepala hingga pangkalnya. Terus dia mulai mengulum dan menghisap kepala penisku.

Kemudian sedikit demi sedikit batang penisku dimasukkannya ke dalam mulutnya sampai kepala penisku menyodok ujung mulutnya. Dan mulutnya penuh sesak oleh batang penisku. Dengan lihainya, Mbak vira mulai memaju-mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar-masuk dari dalam mulutnya. Mataku merem-melek merasakan nikmat dan badanku serasa panas dingin merasakan kulumannya.

Mbak Vira sangat lihai mengulum penisku. Kudorong maju pantatku dan kujambak rambutnya, membenamkan kepalanya ke selangkanganku. Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Vira menyudahi kulumannya, dan melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia berdiri menghadap ke dinding.

“Oohh… Akhh… Akuu… nggak tahann… Don,” serunya tertahan.
“Entot aku… Entott… Don,” imbuhnya.

Kutarik sedikit tubuhnya dari belakang, hingga dia menungging. Kuraih batang penisku dan kuarahkan pas ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku, hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.

“Aow… Pelan-pelan Don,” pekiknya, ketika seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya yang masih sempit. Pekikkan yang keluar dari mulutnya membuatku semakin bernafsu dan pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku.
“Akhh… Enakk… Don… Enakk… Banget,” desahnya sambil menoleh ke belakang sambil tersenyum padaku.
“Akhh… Akuu… Ke… luarr, Rin,” teriakkan Mas Iwan dari dalam kamar mengejutkanku, namun tak menghentikan sodokkanku pada Mbak Vira.
“Aku… jugaa… Sayang,” sahut Mbak Rina pada Mas Iwan.

Sedetik kemudian Mas Iwan dan Mbak Rina mencapai orgasme bersamaan. Mas Iwan menumpahkan spermanya di dalam vagina Mbak Rina. Kemudian Mas Iwan merebahkan tubuhnya disamping tubuh Mbak Rina, dan tertidur pulas.

Sementara itu, aku semakin cepat memaju-mundurkan pantatku, membuat Mbak Vira berteriak-teriak saking nikmatnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin lama semakin cepat dan menjepit penisku.
“Donn… Donii… Akuu… Mauu… Keluarr,” teriaknya panjang.“Tahann… Mbak… Aku… Belum… Apa-apa,” sahutku.“Akhh… Akuu… Tak… Tahan… Don… Akuu,” jawabnya terputus dan vaginanya semakin keras menjepit penisku.

Tak lama kemudian Mbak Vira mencapai orgasme. Kurasakan ada cairan-cairan yang merembes didinding vaginanya. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kusuruh dia berjongkok dihadapanku. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkangku. Mbak Vira mengerti maksudku. Dia mulai menjilati dan menghisap-isap penisku lalu mengulumnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap buah pelirku.

Sedetik kemudian Mbak Rina datang membantu, dan langsung berjongkok dihadapanku. Lidahnya dijulurkan untuk menjilati buah pelirku. Tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Secara bergantian, kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira, mengocok-ngocok, menjilati dan mengulum penisku. Penisku keluar dari mulut Mbak Vira kemudiam masuk ke mulut Mbak Rina, kemudian keluar dari mulut Mbak Rina lalu masuk kemulut Mbak Vira, begitulah seterusnya. Hingga kurasakan penisku berkedut-kedut.

“Mbakk… Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” jeritku.“Keluarin di mulutku Don,” sahut mereka hampir bersamaan. Dan crott! crott! crott! Spermaku muntah dimulut Mbak Vira yang sedang kebagian mengulum. Mbak Vira menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun. Kemudian Mbak Rina merebut penisku dari Mbak Vira dan memasukkan ke mulutnya. Dan tak mau kalah dengan adiknya, sisa-sisa spermaku dihisap dan dijilatinya sampai bersih.

“Kamu puas Don,” kata Mbak Vira.“Puas sekali Mbak, Mbak berdua luar biasa,” sahutku.“Kamu mau yang lebih seru nggak,”kata Mbak Rina.“Mau, mau Mbak,”sahutku.

Mereka kemudian mengajakku ke kamarnya, dimana Mas Iwan sedang tertidur pulas sehabis bersetubuh dengan Mbak Rina. Mbak Rina menyuruhku tidur terlentang diranjang. Mbak Rina kemudian menarik kakiku, hingga pantatku berada ditepi ranjang dan kakiku menjuntai kelantai. Lalu Mbak Rina berjongkok dilantai dengan wajah berada pas di depan selangkanganku. Mbak Rina mulai mengusap-usap dan mengocok-ngocok batang penisku yang masih layu, sehabis orgasme. Kurasakan sedikit ngilu tetapi kutahan.

Mbak Rina menyudahi usapan dan kocokannya. Dan mulai menjilati dan menghisap-isap penisku dimulai dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Lidahnya berputar-putar dan menari-nari diatas batang penisku. Puas menjilati penisku, Mbak Rina kemudian memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk kemulutnya. Dan kurasakan sedikit demi sedikit penisku mulai menegang didalam mulutnya, hingga mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang sudah tegang penuh. Mbak Rina sangat pintar membangkitkan birahiku. Mulutnya maju mundur mengulum penisku. Pipinya sampai kempot, saking semangatnya mengulum penisku.

Melihat kakaknya yang sedang menjilati dan mengulum batang penisku, Mbak Vira nafsunya bangkit lagi. Dia meraba-raba dan memasukkan jari-jari tangan kirinya ke dalam vaginanya sendiri, sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah dadanya hingga mengeras dan padat. Diiringi desahan-desahan penuh birahi.
Puas bermain-main dengan vagina dan buah dadanya sendiri, Mbak Vira kemudian naik ke atas tubuhku. Dan mengangkangi wajahku. Lubang vaginanya berada pas diatas wajahku. Dia menurunkan pantatnya, hingga bibir vaginanya menyentuh mulutku. Kujulurkan lidahku untuk menjilati vaginanya yang telah basah. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya, dia mengerang-erang merasakan nikmat. Mbak Vira menarik rambutku, membenamkan wajahku diselangkangannya. Kepalaku dijepit dengan kedua paha mulusnya.

Kini kami bertiga, aku dan kakak beradik sedang berlomba mencari kepuasan. Mbak Vira sedang kujilati vaginanya, sedangkan pada bagian bawah tubuhku Mbak Rina dengan asiknya mengulum batang penisku.
Beberapa waktu berlalu Mbak Rina melepaskan kulumannya, dan berjongkok diatas selangkanganku. Dengan tangannya, diraihnya batang penisku dan diarahkannya ke lubang vaginanya. Bless! Dengan sekali dorongan pantatnya, masuklah seluruh batang penisku ke dalam vaginanya yang basah tapi hangat.

Lalu Mbak Rina menaik turunkan pantatnya, sambil mengeluarkan desahan-desahan nikmat dari mulutnya. Sesekali pantatnya diputar-putar hingga penisku serasa dipelintir. Saat menikmati goyangan Mbak Rina, aku terus menjilati vagina Mbak vira sambil memasukkan jari-jariku ke lubang anusnya. Sedang asiknya aku menjilati vagina Mbak Vira, kurasakan vaginanya berkedut-kedut.

Beberapa detik kemudian ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Mbak Vira mencapai orgasme. Pahanya makin keras menjepit kepalaku. Tanpa rasa jijik kusedot dan kutelan cairan vaginanya.

Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, Vagina Mbak Rina juga berkedut-kedut, otot-otot vaginanya menegang. “Ohh… Don… Aku… Keluar,” teriak Mbak Rina. Air maninya mengaliri deras dan membasahi batang penisku. Kemudian dia terkulai lemas sampingku. Membuat penisku yang masih tegang terlepas dan mengacung-acung. Mbak vira yang kondisi sudah pulih sehabis orgasme, kemudian berjongkok diatas selangkanganku, menggantikan kakaknya. diraihnya penisku dan diarahkannya ke lubang anusnya. Mbak Vira menurunkan pantatnya sedikit demi sedikit hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya.
Kurasakan penisku seperti dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang snusnya.

“Oohh… Mbak… Nikk… Matt… Enakk,”teriakku, ketika Mbak Vira mulai menaik turunkan pantatnya, membuat penisku keluar masuk dari lubang anusnya. Sesekali dia menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, membuatku merasakan nikmat yang luar biasa. Sekitar tiga puluh menit Mbak Vira menggenjot tubuhku.

“Mbakk… Akuu… Ke… Keluarr,” jeritku. Kurasakan penisku berkedut-kedut dan crott! crott! crott! kutumpahkan seluruh spermaku di dalam lubang anusnya. Mbak Vira kemudian merebahkan tubuhnya diatas tubuhku.Sambil menindihku dia tersenyum puas. Malam itu, aku dan Mas Iwan menginap disana. Dan berpesta sampai pagi, sampai kami sama-sama puas dan kelelahan.

Panasnya sinar matahari yang menerobos jendela kamarku, membangunkanku dari tidurku yang lelap. Setelah hampir semalam penuh aku merasakan nikmatnya bersetubuh dengan Mbak Rina dan Mbak Vera. Dan aku baru pulang dari rumahnya kerumah Mas iwan jam 05.00 dinihari.

Dengan sedikit bermalas-malasan, aku pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Selesai mandi badan rasanya segar sekali. Siang itu kurasakan lain dari biasanya, rumah Mas Iwan tampak sepi sekali. Oh ya, aku baru ingat kalau hari ini, Mas Iwan mengantar Tante Sari kondangan ke kampung sebelah. Jadi yang ada di rumah hanya Mbak Erna dan Aku.

Dengan hanya mengenakan handuk yang kulilitkan dipinggangku, aku pergi ke dapur. Membuat secangkir kopi. Sampai didapur kudapati Mbak Erna sedang mencuci piring. “Pagi Mbak,” sapaku.

Mbak Erna tak menjawab sapaanku. Mukanya cemberut. Aku heran, tumben Mbak Erna begitu, biasanya dia sangat ramah padaku. “Ada apa sih Mbak, kok cemberut begitu,” tanyaku lagi.“Mbak marah sama aku? atau Mbak nggak senang ya, aku disini,” imbuhku. Mbak erna masih diam saja, membuatku tak enak hati dan bertanya-tanya dalam hati. “Ok, Mbak. Kalau Mbak nggak senang, aku pulang aja deh,”“Jangan-jangan pulang Don, aku nggak marah sama kamu,” sahutnya sambil menarik tanganku.“Habis Mbak marah sama siapa? Boleh tahu kan Mbak ?” tanyaku lagi.“Ok, Mbak akan kasih tahu, tapi jangan bilang sama siapa-siapa ya!,” jawabnya.“Aku janji Mbak,” kataku meyakinkannya.“Don, aku lagi kesal sama Mas Iwan,” kata Mbak sari.“Kesal kenapa Mbak,” selaku.“Belakangan ini, Mas Iwan dingin sekali padaku Don,” katanya sambil merebahkan kepalanya didadaku.“Setiap aku pingin begituan, dia selalu menolak,” imbuhnya sambil tersipu malu.“Mungkin Mas Iwan lagi lelah Mbak,” hiburku sambil kuusap-usap rambutnya.“Ah, masak setiap malam lelah,” sahutnya.“Mungkin ada yang bisa aku bantu, untuk menghilangkan kekesalan Mbak,” pancingku.

Mbak Erna tak menjawab pertanyaanku. Sebagai orang yang cukup berpengalaman soal sex, aku tahu Mbak Erna sangat kesepian dan menginginkan hubungan sexsual. Maka dengan memberanikan diri, kukecup lembut keningnya. Dan kurasakan remasan halus tangannya yang masih memegang tanganku.

Merasa mendapat respon positif, kugerakkan bibirku menciumi kedua pipinya dan berhenti dibelahan bibir mungilnya. Mbak Ernapun membalas kecupanku pada bibirnya dengan kuluman yang hangat, penuh gairah. kukeluarkan lidahku, mencari lidahnya. Kuhisap-hisap dan kusedot-sedot. Kulepaskan tanganku dari genggamannya dan kugerakkan menggerayangi tubuh Mbak Erna. Dan perlahan-lahan kususupkan tangan kananku kebalik gaun tidurnya. Dan kurasakan halusnya punggung Mbak Erna. Sementara tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang padat. Mbak Erna melepaskan seluruh pakaiannya. Agar aku lebih leluasa menggerayangi tubuhnya.

Setelah semua terlepas maka terpampanglah pemandangan yang luar biasa. Dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang montok, perutnya yang ramping dan vaginanya yang dicukur bersih. Membuat nafsu birahiku semakin menjadi-jadi dan kurasakan penisku menegang. Akupun melepaskan kulumanku pada bibirnya dan dengan sedikit membungkukkan badanku. Aku mulai menjilati buah dadanya yang mulai mengeras, secara bergantian.

Puas menjilati buah dadanya, jilatanku kupindahkan ke perutnya. Dan kurasakan halusnya kulit perut Mbak Erna. Mbak Erna tak mau ketinggalan, ditariknya handuk yang melilit dipinggangku. Dengan sekali sentakan saja, handukku terlepas.

“Aow, besar sekali don penismu,” decaknya kagum, sambil memandangi penisku yang telah menegang dan mengacung-ngacung setelah handukku terlepas. Mbak Erna menggerakkan tangannya, meraih batang penisku. Diusap-usapnya dengan lembut kemudian dikocok-kocoknya, membuat batang penisku semakin mengeras.
Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu, Kusudahi jilatanku pada perutnya. Kuangkat tubuhnya dan kududukkan diatas meja dapur. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Dan terpampanglah di depanku bukit kecil yang dicukur bersih. Bibir vagina yang memerah dengan sebuah daging kecil yang tersembul diatasnya. Kubungkukkan tubuhku dan kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Dan aku mulai menjilati pahanya yang putih mulus, dihiasi bulu-bulu halus. Sambil tanganku meraba-raba vaginanya.

Beberapa menit berlalu, kupindahkan jilatanku dari pahanya ke vaginanya. Mula-mula kujilati bibir vaginanya, terus kebagian dalam vaginanya. Lidahku menari-nari didalam lubang vaginanya yang basah.
“Ohh… terus… Don… terus… Nik… Matt,” serunya tertahan. Membuatku semakin bersemangat menjilati lubang vaginanya. Kusedot-sedot klitorisnya. Pantat Mbak Erna terangkat-angkat menerima jilatanku. Ditariknya kepalaku, dibenamkannya pada selangkangannya.

“Ohh… Don… Aku… Tak… Tahan… Masukin Don… Masukin penismu,” pintanya menghiba. Kuturuti kemauannya. Aku kemudian berdiri. Kuangkat kedua kakinya tinggi-tinggi, hingga ujung jari kakinya berada diatas bahuku. Kudekatkan penisku keselangkangannya. Mbak Erna meraih penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.

Aku diam sejenak mengatur posisi supaya lebih nyaman, lalu kudorong pantatku lebih keras, membuat seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Kurasakan penisku dijepit dan dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit. Vaginanya penuh sesak karena besarnya batang penisku.

“Aow… Pelan-pelan… Don… penismu gede sekali,” pekiknya, ketika aku mulai memaju mundurkan pantatku, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya. Tak terasa sudah tiga puluh menit aku memaju mundurkan pantatku. Dan kurasakan vagina Mbak Erna berkedut-kedut. Dan otot-otot vaginanya menegang. “Ohh… Don… Aku… Keluarr… Sayang,” teriaknya lantang. Sedetik kemudian kurasakan cairan hangat keluar dari vaginanya. Dan Mbak Erna mencapai orgasmenya. Mbak Erna tahu kalau aku belum mencapai puncak kenikmatan. Dia turun dari atas meja dapur. Kemudian berjongkok dihadapanku. Diraihnya penisku dan dikocok-kocok dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah pelirku.

“Akhh… Mbak… Enak… Nikk… Mat… terus,” seruku, ketika Mbak Erna mulai menjilati batang penisku. Dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Mataku merem melek merasakan nikmatnya jilatan Mbak Erna. Aku semakin merasa nikmat ketika Mbak Erna memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Dan mulai mengulum batang penisku. Mbak Erna memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar masuk dari mulutnya. Sementara tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku.

“Oohh… Mbak… Akuu… Tak… Tahan,” teriakku. Dan kurasakan penisku berkedut-kedut semakin lama semakin cepat. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya diselangkanganku. “Mbak… Akuu… Ke… Luarr,” teriakku lagi lebih keras. Mbak Erna semakin cepat memaju mundurkan mulutnya. Dan crott! crott! crott! penisku memuntahkan sperma yang sangat banyak di mulutnya. Mbak Ernapun menelannya tanpa ragu-ragu. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati sisa-sisa spermaku sampai bersih. “Terimakasih Don, kamu telah memberiku kepuasan,” pujinya sambil tersenyum.“Sama-sama Mbak, aku juga sangat puas,” sahutku.“Mbak masih mau lagi kan,” tanyaku.“Mau dong, tapi kita mandi dulu yuk,” ajaknya. Kemudian kami meraih pakaian masing-masing untuk selanjutnya bersama-sama pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Sehabis mandi, masih sama-sama telanjang, kubopong tubuhnya menuju taman disamping rumah. Aku ingin melaksanakan impianku selama ini, yaitu bersetubuh ditempat terbuka. “Don… Jangan disini sayang, nanti dilihat orang,” protesnya.“Kan nggak ada siapa-siapa di rumah Mbak,” sahutku. Mbak Ernapun tidak protes lagi, mendengar jawabanku. Sambil berdiri kupeluk erat tubuhnya. Kulumat bibirnya. Mbak Erna membalas lumatan bibirku dengan pagutan-pagutan hangat. Cukup lama kami bercumbu, kemudian aku duduk dikursi taman. Dan kusuruh Mbak Erna berjongkok dihadapanku. Mbak Erna tahu maksudku. Diraihnya batang penisku yang masih layu. Dielus-elusnya lembut kemudian dikocok-kocok dengan tangannya. Setelah penisku mengeras Mbak Erna menyudahi kocokkannya, dia mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Lidahnya dijulurkan dan mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku, kemudian turun kepangkalnya. “Oohh… terus… Mbak… Nikmat banget,” desahku.“Isepp… Mbak… Isep,” pintaku. Mbak Erna menuruti kemauanku. Dimasukkannya penisku kemulutnya. Hampir sepertiga batang penisku masuk ke mulutnya. Sambil tersenyum padaku, dia mulai memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku maju keluar masuk dimulutnya.

“Mbak… Aku… Tak… Tahan,” seruku. Mbak Erna kemudian naik ke pangkuanku. Vaginanya pas berada diatas selangkanganku. Diraihnya penisku dan dibimbingnya ke lubang vaginanya. Mbak Erna mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit batang penisku masuk ke lubang vaginanya semakin lama semakin dalam. Hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Sesaat kemudian Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Sesekali digoyang-goyangkan pantatnya kekiri-kekanan. Aku tak mau kalah, kusodok-sodokkan pantatku ke atas seirama dengan goyangan pantatnya.

“Ohh… Don… Aku… Mauu… Ke… luarr,” teriaknya setelah hampir tiga puluh menit menggoyang tubuhku. Dan kurasakan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram dadaku dengan keras. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat merembes dilubang vaginanya. “Aku tak ingin mengecewakanmu Don,” katanya sambil tersenyum. Dia menarik penisku keluar dari lubang vaginanya, kemudian memasukkannya ke lubang anusnya. Mbak Erna rupanya tahu kesenanganku. Meski agak susah, akhirnya bisa juga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Perlahan tapi pasti Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Membuatku merasakan nikmat yang tiada taranya.

Cukup lama Mbak Erna menggoyang-goyangkan pantatnya, kemudian kami berganti posisi. Kusuruh dia menungging, membelakangiku dengan tangan bertumpu pada kursi taman. Kugenggam penisku dan kuarahkan tepat ke lubang anusnya. Kudorong sedikit demi sedikit, sampai seluruhnya amblas tertelan lubang anusnya. Lalu kudorong pantatku maju mundur. Kurasakan nikmatnya lubang anus Mbak Erna. Sambil kucucuk-cucuk lubang vaginanya dengan jari-jariku. Membuat nafsu birahi Mbak Erna bangkit lagi. Mbak Erna mengimbangi gerakkanku dengan mendorong-dorong pantatnya seirama gerakkan pantatku.

Aku semakin mempercepat gerakkan pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Demikian juga jari-jariku semakin cepat mencucuk vaginanya.

“Mbak… Mbak… Akuu… Mau… Keluar,” seruku.“Akuu… Juga… Don,” sahutnya. Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, kami mencapai orgasme. Kutarik penisku dari lubang anusnya, dan kutumpahkan spermaku dipunggungnya. Mbak Erna kemudian membalikkan badannya dan berdiri, sambil memintaku duduk kursi taman. Didekatkannya selangkangannya kewajahku. Ditariknya rambutku dan dibenamkannya kepalaku keselangkangannya. Dan akupun mulai menjilati vaginanya sambil duduk. Kuhisap dan kusedot-sedot cairan hangat yang keluar dari lubang vaginanya. Mbak Erna sangat puas dengan perlakuanku.
Hari itu kami melakukan persetubuhan sampai puas, dengan berbagai macam gaya. Sungguh luar biasa Mbak Erna, meskipun tinggal dikampung. Tapi dalam soal bersetubuh dia tak kalah dengan orang kota. Memang sungguh nikmat istri Mas Iwan. Vagina dan lubang anusnya sama nikmatnya. Membuatku ketagihan menyetubuhinya.

Tak terasa sudah satu bulan aku berlibur dikampung Mas Iwan. Malam-malam yang kulewati bersama Mbak Erna dan Tante Sari membuat waktu satu bulan terasa cepat sekali. Sudah saatnya aku kembali kekotaku, karena tiga hari lagi aku harus ke sekolah.

Saat berangkat dari kampung Mas Iwan, aku tidak sendirian. Ada Vivi, anak kandung Tante Sari menemaniku. Gadis cantik berkulit putih dan bertubuh langsing ini, baru tamat SMP dan akan melanjutkan SMU di kota. Tante sari meminta tolong padaku agar mengantarkan Vivi, mencari rumah kost di dekat sekolah.
Dengan menempuh dua jam perjalanan, sampailah kami di kota. Dan setelah berpuar-putar cukup lama, akhirnya kudapatkan rumah kost untuk Vivi. Pemilik rumah adalah seorang janda cantik berusia sekitar 32 tahun, namanya Yeni. Setelah memberikan kunci kamar pada Vivi, Tante Yeni meninggalkan kami berdua. Sehabis membantu Vivi mengangkat barang-barangnya ke dalam kamar, aku merasa haus. Kusuruh Vivi ke warung untuk membeli minuman. Sambil duduk menunggu kedatangan Vivi, iseng-iseng kunyalakan VCD. Ngawur aja kusetel salah satu film. Aku terkejut, ternyata isinya film porno.

Adegan-adegan difilm itu, membangkitkan nafsu birahiku. Kurasakan batang penisku mengeras dan berdiri tegak di balik celanaku. Kuturunkan celanaku, dan kukeluarkan batang penisku. Kuelus-elus dan kukocok-kocok batang penisku. Saking asiknya aku mengocok-ngocok batang penisku, sampai kedatangan Vivi tak kurasakan. “Mas, Doni lagi ngapain,” suara Vivi mengejutkanku.“Akh, nggak ngapa-ngapain,” sahutku.“Itu apa?” tanyanya lagi sambil memandangi celanaku. Astaga! Aku lupa menaikkan celanaku. Sehingga Vivi dengan jelas melihat penisku yang sedang berdiri tegak. Merasa sudah kepalang basah, kulanjutkan saja mengocok penisku. “Kamu bisa membantuku Vi?,” tanyaku.“Bantu apa Mas?,” katanya balik bertanya.“Kocokkin penisku Vi,” pintaku. Vivi menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kutarik tangannya dan kuletakkan diatas penisku. Vivi yang juga sudah terangsang akibat ikut nonton film porno, menggenggam batang penisku. Dengan lembut dia mengelus-elus dari kepala sampai kepangkal penisku. Aku merasa seperti melayang.

Aku melepaskan seluruh pakaianku sambil memeluk tubuh Vivi yang sedang mengocok penisku. Kutarik kaosnya dan kususupkan tanganku kebalik BHnya. Kuraba-raba buah dadanya. Perlahan-lahan buah dadanya mengeras. Cukup lama aku meraba-raba buah dadanya, kemudian kutarik Bhnya hingga terlepas. Setelah terlepas, terlihatlah buah dadanya yang padat dan mengeras. Aku melanjutkan lagi meremas-remas buah dadanya. Vivi mendesah-desah merasakan nikmat, tangannya semakin cepat mengocok penisku.
Sekitar lima belas menit berlalu kami berganti posisi. Sambil menarik rok mininya, kodorong tubuhnya hingga terlentang diranjang. Hanya celana dalamnya saja yang melekat menutupi selangkangannya. Kutindih tubuhnya dari atas lalu kukecup bibirnya, kujulurkan lidahku mengisi rongga mulutnya yang terbuka. Vivi menyambutnya dengan hisapan yang tak kalah hebatnya.

Setelah cukup lama berpagutan, kuputar tubuhku. Membentuk posisi 69. Selangkanganku berada diatas wajahnya, sedangkan selangkangannya berada dibawah wajahku. Kujulurkan lidahku menjilati bagian bawah perutnya, sambil tanganku melepas celana dalam Vivi. Vivi mengangkat pantatnya memudahkan aku melepaskan celana dalamnya dan meleparkannya ke lantai kamar. Lidahku bergerak turun menyapu bibir vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis.

“Ohh… Mas don… Enakk,” desahnya ketika aku mulai menjilati vaginanya yang basah, membuatku semakin bersemangat menjilati vaginanya. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya yang sebesar biji kacang.
Saat aku menjilati lubang vaginanya, Vivi juga sedang asyik menjilati penisku. Sambil tangan kirinya mengocok-ngocok pangkal penisku sedangkan tangan kanannya mengelus-elus buah pelirku dengan lembut. Sesaat kemudian Vivi memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk ke mulutnya. Kudorong pantatku ke atas dan ke bawah, sehingga penisku keluar masuk dimulutnya.

Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu. Aku bangkit dan berdiri dilantai kamar. Kutarik tubuhnya, hingga pantatnya berada ditepi ranjang. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Kuarahkan penisku tepat ke lubang vaginanya.

“Ja… Jangan… Mas, aku masih perawan,” katanya. Aku tak memperdulikan kata-katanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku menyeruak masuk. Vivi berteriak lebih keras ketika aku mendorong lebih keras dan penisku menembus selaput daranya. Akupun lebih bersemangat mendorong pantatku dan amblaslah seluruh batang penisku ke lubang vaginanya yang sangat sempit. Penisku serasa dijepit sempitnya lubang vaginanya. Beberapa detik kubiarkan penisku di dalam vaginanya.

Kupandangi wajahnya yang meringis menahan sakit. Dengan perlahan-lahan kuangkat pantatku lalu kuturunkan lagi. Membuat penisku keluar masuk dilubang vaginanya. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Beginikah rasanya menyetubuhi seorang perawan. “Ohh… Mas… Enakk,” desahnya yang mulai merasakan Nikmatnya disetubuhi. Pantatnya digerakkan naik turun seirama gerakkan pantatku. Rasa sakitnya telah hilang berganti dengan rasa nikmat. Sekitar tiga puluh menit berlalu, kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram seprei dengan keras. “Ohh… Mas… Akuu… Mauu,” desahnya terputus.“Mau keluar sayang,” sahutku.Vivi mengangguk sambil tersenyum.“Aku juga Vi,” imbuhku. Semakin cepat kudorong-dorong pantatku.“A… Akuu… Ke… Luarr,” teriaknya lantang. Kurasakan cairan hangat merembes didinding vaginanya. Sedetik kemudian kurasakan penisku berkedut-kedut. Dan Crott! crott! crott! Kutumpahkan sperma yang sangat banyak dilubang vaginanya. Dan tubuhku ambruk menindih tubuhnya. “Kamu menyesal Vi,” tanyaku sambil tersenyum puas, karena baru kali ini aku menyetubhi seorang perawan.“Nggak Mas, semua sudah terjadi,” sahutnya.“Kamu mau lagi khan,” godaku. Vivi tersenyum padaku, senyum penuh arti. Kira-kira satu jam kami tertidur. Akupun terbangun dan bergegas ke kamar mandi membersihkan badan. Mengingat kejadian tadi, bersetubuh dengan Vivi, membuat nafsu birahiku bangkit lagi. penisku yang tadi telah layu, kini tegang dan mengeras. Setelah mengelap tubuhku dengan handuk akupun bergegas ke kamar, dimana Vivi sedang tertidur pulas. Dan ia terbangun ketika aku lagi asyik menjilati lubang vaginanya. “Oh… Mas… Apa yang kamu lakukan,” tanyanya.“Aku pingin setubuhi kamu lagi sayang,” sahutku sambil tersenyum.

Vivi membuka kedua pahanya lebar-lebar, sehingga aku lebih leluasa menjilati vaginanya. Beberapa menit berlalu kusuruh dia menungging. Aku mengambil posisi dibelakangnya. Dari belakang, aku menjilati lubang anusnya, sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku. Sedikit demi sedikit penisku masuk ke lubang vaginanya. Semakin lama semakin dalam penisku memasukinya, sampai seluruhnya amblas, tertelan lubang vaginanya. Akupun mendorong pantatku maju mundur, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya.

“Ohh… Nikk… Matt… Mas… Enakk,” jeritnya tertahan. Sekitar tiga puluh menit berlalu, kutarik penisku dari lubang vaginanya hingga terlepas. Kemudian kugenggam penisku dan kuarahkan ke lubang anusnya. “Jangan, Mass sakitt, ja… “jeritnya sambil meringis. Belum habis dia bicara, kudorong pantatku dengan keras. Dan Bless! Seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Kukocok lubang anusnya dengan irama pelan semakin lama semakin cepat, sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Dan Vivipun merasakan sensasi yang luar biasa dikedua lubangnya. Jeritan-jeritannya berganti dengan desahan-desahan nikmat penuh nafsu.

Aku semakin bersemangat mendorong-dorong pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Sepuluh menit kemudian penisku menyemburkan sperma didalam anusnya. Dan tak lama berselang Vivi menyusul, tubuhnya mengejang hebat. Kemudian Vivi terkulai lemas dan tertidur.

Aku kemudian berdiri dan mengenakan celanaku. Saat aku akan mengambil handuk ke dalam almari, tanpa sengaja aku menoleh keluar jendela. Samar-samar aku melihat sesosok bayangan wanita yang sedang berdiri dibalik jendela kamar. Rupanya orang itu sedang mengitip aku dan Vivi yang sedang bersetubuh dari balik korden yang lupa aku tutup. Saat aku keluar mencarinya, wanita itu bergegas pergi. Aku membuntuti wanita itu. Melihat potongan tubuhnya dari belakang aku yakin kalau wanita itu adalah Tante Yeni, ibu kostnya Vivi. Dan aku keyakinanku semakin kuat, saat wanita itu masuk kekamar tidur Tante Yeni dan langsung menutup pintu. Aku berjalan mendekat dan berdiri di depan pintu kamarnya.

Aku mengintip dari lubang kunci. Dan memang benar, wanita yang tadi mengintipku adalah Tante Yeni. Sampai didalam kamar Tante Yeni melepaskan seluruh pakaiannya. Aku terkesima melihat tubuh Tante Yeni yang putih mulus dan sexy, meski sudah berumur sebaya ibuku. Membuat jantungku berdetak kencang. Nafsu birahiku yang baru saja tersalurkan bersama Vivi, perlahan-lahan bangkit lagi.

Pemandangan selanjutnya lebih seru lagi. Tante Yeni merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan kedua kaki terbuka lebar-lebar, memperlihatkan indahnya bentuk vaginanya. Tante Yeni meremas-remas buah dadanya sendiri dengan tangan kirinya. Perlahan buah dadanya mulai mengeras. Sedangkan tangan kanannya meraba-raba selangkangannya. Desahan-desahan nikmat keluar dari bibirnya, membuatku semakin tak tahan. Batang kemaluanku sudah berdiri tegak.

Dengan sangat hati-hati, aku membuka pintu kamarnya. Dan ternyata tidak terkunci. Sambil melepaskan celanaku, aku berjalan mengendap-endap mendekatinya. Tante Yeni yang sedang asyik meraba-raba tubuhnya sendiri, tidak tahu kalau aku masuk ke kamarnya.
Tanpa pikir panjang lagi, aku segera menindihnya. Tante Yeni sangat terkejut melihat kehadiranku. Aku segera menyumpal mulutnya yang sedang Terbuka saat dia hendak berteriak dengan mulutku. Dan aku langsung melumatnya. Tante Yeni yang sedang dirasuki nafsu birahi, membalas lumatanku dengan pagutan-pagutan yang tak kalah hebatnya.

Cukup lama aku melumat bibirnya, kemudian aku menjilati lehernya, terus turun ke buah dadanya yang sudah mengeras. Kedua buah dadanya aku jilati secara bergantian, membuat desahannya semakin keras. Aku menyudahi jilatanku pada kedua buah dadanya, kemudia aku berlutut ditepi ranjang, diantara kedua kakinya. Tanganku yang nakal mulai meraba-raba bibir vaginanya yang dicukur bersih.

Tanpa berfikir lama, aku menjulurkan lidahku, menjilati, menghisap dan sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vagina Tante Yeni dan lidahku menari-nari di dalam lubang vaginanya. Tante Yeni mengangkat-angkat pantatnya, menyambut jilatanku. Rintihan-rintihan kecil keluar dari mulutnya setiap kali lidahku menghujam lubang vaginanya. Disaat dia sedang menikmati jilatanku, aku memasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya. Sambil sesekali aku menjilati lubang anusnya. Tante Yeni sangat menikmati perlakuanku, dia menekan kepalaku dan membenamkannya diselangkangannya.

Sepuluh menit berlalu, aku menyudahi jilatanku. Aku kemudian berdiri, sambil menarik pinggulnya ketepi ranjang, kedua kakinya kubuka lebar-lebar. Tanpa membuang waktu lagi, batang kemaluanku yang sudah tegang dari tadi langsung kuhujamkan ke lubang vaginanya. Tante Yeni menjerit saat batang kemaluanku yang besar dan panjang menerobos masuk ke lubang vaginanya. Aku merasakan jepitan bibir vaginanya yang begitu seret. Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Tante Yeni sangat menikmati setiap gerakkan pantatku, dia menggeliat dan mendesah disetiap gerakan kemaluanku keluar masuk dari lubang vaginanya.
Aku semakin mempercepat memaju mundurkan pantatku saat Tante Yeni memperlihatkan tanda-tanda orang yang mau orgasme.

“Ohh.., Don.., akuu.., mau.., keluarr,” jeritnya cukup keras. Tante Yeni menggelinjang hebat, kedua pahanya menjepit pinggangku. Rintihan panjang keluar dari mulutnya saat klitorisnya memuntahkan cairan kenikmatan. Aku merasakan cairan hangat yang meleleh disepanjang batang kemaluanku. Aku membiarkan Tante Yeni beristirahat sambil menikmati orgasmenya. Setelah Tante Yeni berhasil menguasai dirinya, tanpa membuang waktu lagi aku membalikkan tubuhnya dalam posisi menungging.

Lalu aku menciumi pantatnya. Tante Yeni mengeliat menahan geli saat lidahku menelusuri vagina dan anusnya. Kemudian aku meludahi lubang anusnya beberapa kali. Setelah kurasakan daerah itu benar-benar licin, aku membimbing batang kemaluanku dengan tangan kiriku sementara tangan kananku membuka lubang anusnya. Tante tak bereaksi apa-apa dan membiarkan saja apa yang kulakukan. Perlahan kudorong pantatku. Tante Yeni merintih sambil menggigit bibirnya menahan rasa perih akibat tusukan kemaluanku pada lubang anusnya yang sempit. Setelah beberapa kali mendorong dan menarik akhirnya seluruh batang kemaluanku masuk ke lubang anusnya.

Sambil menikmati jepitan lubang anusnya, aku mendiamkan sebentar batang kemaluanku disana untuk beradaptasi. Tante Yeni menjerit saat aku mulai menghujamkan kemaluanku. Tubuhnya terhentak-hentak ketika sodokkanku bertambah kencang dan kasar. Sambil terus meningkatkan irama sodokkan, tanganku dengan kasar mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Akibat menahan sensasi nikmat ditengah-tengah rasa ngilu dan perih pada kedua lubang bawah tubuhnya, Tante Yeni sampai menangis. Setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke lubang anusnya, dia mengaduh namun dia tak mau aku menyudahinya. Sampai akhirnya kurasakan suatu perasaan yang sangat nikmat mengaliri sekujur tubuhku.

Aku mengerang panjang, saat mengalami orgasme yang pertama. Tanganku mencengkeram keras pantatnya. Aku menumpahkan seluruh spermaku didalam lubang anusnya. Tubuhku menegang beberapa saat, kemudian terkulai lemas. Tak lama kemudian Tante Yeni menyusul, dia mengeram sambil tangannya mencengkeram bantal kuat-kuat. Cairan hangat dan kental meleleh dari lubang vaginanya.

Dengan nafas yang masih memburu dan tubuh yang masih lemas, Tante Yeni bangkit kemudian duduk ditepi ranjang. Dia meraih batang kemaluanku lalu memasukkan ke mulutnya. Tante Yeni menjilati sisa-sisa sperma yang masih blepotan dibatang kemaluanku sampai bersih tanpa tersisa setetespun. Tante Yeni tersenyum puas merasakan nikmat yang sudah cukup lama tidak dirasakannya, sejak dia bercerai dengan suaminya.
Tanpa malu-malu dia meminta aku agar menyutubuhinya lagi. Aku menuruti permintaannya, kami bersetubuh sampai pagi. Sampai kami benar-benar kelelahan. Pagi-pagi sekali aku meninggalkan Tante Yeni yang masih tidur tanpa busana dan masuk kekamar Vivi. Dimana Vivi juga sedang tidur pulas. Aku mengenakan seluruh pakaianku, kemudian pergi tanpa pamit. Meninggalkan kenangan-kenangan nikmat untuk mereka berdua. Sekali waktu aku mengunjungi Tante Yeni dan Vivi untuk menikmati lagi tubuh mereka.

Istri Temanku Cerita Panas

Istri Temanku



Hari minggu itu aku (Jeje, 27 tahun) udah janjian ma temenku yang bernama Novan (27 tahun) mau jalan ke rumah temen-temenku semasa kuliah dulu. Novan adalah salah satu temen kuliahku dulu, dan kini udah berkeluarga sementara aku masih bujangan. Tapi sejak setaun pernikahaannya dengan Shanti (23 tahun) masih belum juga punya momongan. Shanti adalah adik tingkat kami semasa kuliah dulu.

Novan saat ini tinggal di rumah mertuanya (keluarga Shanti) di sebuah ibukota propinsi. Makanya sore itu aku jemput dia di rumah Shanti. Tapi setibanya di situ, Shanti bilang kalau Novan baru saja pergi nganter ibu dan bapak mertuanya ke rumah saudaranya untuk sebuah keperluan. Shanti sendiri nggak ikut lantaran sore itu dia ngedadak agak meriang.

"Tunggu aja dulu deh, Je," kata Shanti padaku. Karena udah terbiasa main ke rumahnya, akupun langsung aja nyelonong masuk ke ruang tv. "Kamu sendirian aja nich Shan di rumah. Mana pembokat lu?" tanyaku sambil langsung rebahan di karpet biru di depan tv. "He-eh nich, tadinya aku mo ikut ma Mama. Tapi nggak tau kenapa tiba-tiba meriang gini. Si Ani (pembokatnya) lagi pulang kampung tuh," ujar Shanti sambil bawain aku minuman hangat.

"Lu masuk angin ya Shan?" tanyaku sambil nyeruput segelas teh hangat yang disediain Shanti. "Minum obat dong Shan," kataku lagi sambil ngeliat ke arah Shanti yang duduk bersila di atas kursi, sementara aku masih rebahan di karpet. "Atau dikerokin tuh, biar anginnya pada mabur," ujarku bercanda.

"Maunya sih, tapi si Ani-nya lagi nggak ada nich," kata Shanti. "Suami lu dong suruh ngerokin" kataku lagi. "Huu boro-boro mau ngerokin, suruh mijatin ajapun males-malesan," ujar dia. "Gua yang ngerokin mau nggak?" kataku bercanda. "Mau sih, tapi malu ah," Shanti tertawa geli. "Ngapain mesti malu ama gua, gua kan temen suami lu." kataku sambil nggak yakin kalau Shanti bener-bener mau kukerokin. "Nggak ah, nggak mau dikerokin. Pijitin aja deh Je kalau lu mau. Ntar gua bingung ditanya Novan siapa yang ngerokin." pinta Shanti sambil terkekeh.

Aku langsung nyuruh dia duduk di lantai nyandar ke kursi. Sementara aku duduk di kursi tepat di belakang punggungnya. Shanti dan aku nggak ada perasaan apa-apa, makanya dia mau aku yang mijatin. Sambil ngobrol kesana-kemari, aku terus mijatin pundak ma leher bagian belakang Shanti. "Ke bawah dikit dong Je. Ke punggungnya." pintanya sambil ngegeser duduknya agak maju. Aku nurut aja, sambil terus mijatin dia yang sambil nonton tv.

"Lu lepasin tali BH-nya dong, ngehalangin nih," kataku. Shanti langsung ngelepas BHnya dan ngeletakin begitu aja di sampingnya. Aku mulai mikir yang ngeres-ngeres ngeliat BH Shanti segede gitu. Aku ngebayangin berarti gede juga isi BH itu. "Aku sambil tiduran ya Je." pintanya sambil terus telungkup di atas karpet di depan tv. Aku pun turun dan duduk disamping tubuhnya. Aku mulai mandangian pantatnya yang gempol, lalu turun ke bagian pahanya yang terlihat putih karena Shanti waktu itu cuma pake celana pendek doang.

Tanganku mulai kupermainkan agak nakal sedikit, sambil berharap ngeliat reaksi Shanti. Persis di dipunggung dibelakang bagian toketnya, aku mulai sedikit nakal memainkan jari-jariku. Kuturunkan sedikit jari-jariku supaya meraba sedikit saja bagian toketnya. "Geli ih Je," ujarnya tapi diam saja. "Kena ya? Sorry deh Shan" ujarku pura-pura kaget. Shanti diem aja dengar jawabanku itu.

"Shan, buka aja deh kaosnya," pintaku. "Nggak ah, ntar Novan dateng gimana?" tanyanya ragu. "Ya cepet-cepet di pake lagi dong ntar." jawabku singkat. Agak sedikit malu kulihat wajah Shanti ketika dia duduk sebentar dan membuka kaosnya dan cepat-cepat telungkup lagi. Pikiranku saat itu bener-bener ngeres banget. Ingin rasanya aku memeluk Shanti dan merasakan hangatnya tubuh istri temenku itu. Tapi aku malu.

Dengan sedikit ragu, aku mulai memberanikan diri untuk meremas bagian pinggir-pinggir toket Shanti dari belakang. Shanti terlihat agak kaget melihat kenekatanku, tapi dia diam saja. Malah sedikit-sedikit Shanti membiarkan jari-jariku nyelusup makin meremas toketnya itu. "Geli Jee,,," Shanti agak mengerang. "Sorry ya Shan, aku bener-bener nggak tahan pengen megangin tetek kamu," kataku aga gemetar. "Nggak apa-apa kan Shan, Sorry ya," kataku semakin gemeteran. Shanti begitu mendengar pertanyaanku itu, tanpa kusangka menggeleng pelan.

Birahiku yang semakin meningkat, tak mampu lagi aku tahan. Kuraih tubuh Shanti agar sama-sama duduk dan kubalikan badannya agar menghadapku. Cepat-cepat aku tempelkan bibirku ke bibir Shanti. Shanti yang masih keliahatan kaget melihat kenekatanku, terdiam dan mulai bereaksi dengan membalas ciumanku.

Seperti orang kesurupan, kami yang sama-sama sedang nafsu dengan cepat saling menjilat bibir kami masing-masing. Tanganku pun dengan cepat meremas toket Shanti sementara tangan Shanti terus mengusap-ngusap bagian punggungku yang kini sudah telanjang dada. Kuraih tubuh Shanti agar berdiri. Dan dengan satu tanganku, ku tarik celana pendek Shanti agar melorot ke bawah. Shanti tak diam ketika tanganku sudah menarik celana pendeknya termasuk CD-nya juga. Dia dengan gugupnya membuka kancing celana jeanku dan menarik turun resleting celanaku. Aku membantunya dengan menurunkan sendiri celana dalam dan jeanku hingga kami sama-sama telanjang saling berpelukan dalam posisi masing-masing berdiri.

"Masukin ya Shan," pintaku ketika tangan Shanti dengan ganasnya meremas-remas ******ku yang sudah sangat tegang itu. Shanti hanya mengangguk pelan ketika ******ku kuarahkan kebagian selangkangan Shanti yang sudah sangat basah itu.

"Shhhh,,,, ahhh.." Shanti mengerang. "Ahhhh,,, cepetan Je, ntar Novan keburu dateng,,," katanya sambil terus merenggangkan selangkangannya. "Ahhhhh,,, Shannnn...." kataku tak tahan merasakan kocokan tangan Shanti di ******ku. Dengan posisi terus berdiri, ******ku kini sudah tepat di depan memek Shanti yang basah. Pelan-pelan kumasukan dengan bimbingan tangan Shanti. "Pelan-pelan Je,, ahhhh,,,,ahhhhh,,, Jeeee......." Shanti mengerang sambil memelukku erat sekali ketika ******ku mulai menancap ke dalam vagina itu.

"Shaaaan,,,,, ahhhh,,,, ahhhh,,,,," erangku merasakan nikmatnya menyetubuhi istri temanku itu. "Cepat Jeeee,,, cepetin lagi keluar-masukinnya Jeeee,,,,,," Shanti merengek seperti seorang bayi yang minta cepat-cepat disusui oleh ibunya. "Iya Shaaaan,,, segini enak Shaann,,," tanyaku sambil kuisapi lidah Shanti yang menjulur-julur keluar dari mulutnya. Shanti hanya menganggung mengiyakan pertanyaanku.

"Jeeee,,,, aku pengen keluar Jeee,,,, lebih cepet lagi Jeeee,,,," pinta Shanti sambil tubuhnya menggelinjang kekiri-kekanan. Aku yang sebenernya juga sudah pengen keluar, semakin mempercepat kocokan ******ku keluar-masuk memek Shanti yang seluruh tubuhnya sudah kelihatan menegang hebat sekali.

"Aaauuuu,,,,, Jeeee,,,, aku keluar Jeee,,,,," Shanti meregang sambil menggigit pundakku. "Aku juga Shaaaann,,,," kataku juga hampir bersamaan. Kupeluk tubuh Shanti yang kelihatan sangat kecapaian, Shanti tersenyum ketika keningnya aku cium. "Makacih ya Je,,," bisiknya sambil senyum-senyum. "Iya, makasih juga Shan,,," kataku sambil terus kupeluk dia.

Lama kami saling berpelukan masih dalam keadaan telanjang sambil duduk di depan tivi di atas karpet. Tiba-tiba Shanti meraih BH dan kaosnya. Dengan manjanya, dia minta dipakaikannya olehku. "Pakein dong Jee,, ntar keburu dateng suami gua lho." pintanya. Aku langsung memakaikan BH dan kaosnya sambil tanganku mencari-cari kesempatan untuk meremas toketnya yang sudah sedikit mengendur lagi. "Udah ah,,, besok-besok kan bisa lagi Je..."

Kini kami sudah saling memasang pakaian masing-masing, tapi kami sepertinya masih tak ingin terpisahkan. Kami masih saling berpelukan di atas kursi ketika suara mobil kijang yang dikemudikan Novan terdengar memasuki halaman. Shanti buru-buru bangkit dari pelukanku. "Novan dateng," bisiknya padaku. Sambil bangkit, dia sempat mencium pipiku sekali saja. "Besok-besok lagi ya Jee,,," katanya manja. Aku hanya mengangguk sambil merhatiin Shanti yang terus berlari ke arah pintu depan.

Aku masih duduk sambil nonton tv ketika si Novan menyapaku. "Yuk, langsung cabut Je. Anak-anak udah pada nunggu nih. Lu udah lama ya? Sorry brur aku nganter mertuaku dulu tadi," katanya tanpa kutanya. Shanti yang denger itu bilang "Iya tuh, si Jeje udah dari tadi nungguin lu Van. Buruan sana pergi, ntar keburu bubaran deh acaranya," kata Shanti sambil menggandeng tangan suaminya dengan mesra hingga ke pintu depan rumahnya

Cerita Panas Pertama Kali Bercinta

Cerita Panas Pertama Kali Bercinta
Aku mulai melepas celanaku dan bajuku,yang karena susah membukanya akhirnya beberapa kancingnya copot. Aku akhirnya telanjang menindih Mamaku yang tangan kiri dan kanannya erat mencengkeram sprei tempat tidurku. Matanya agak terpejam dan mukanya menengok kekiri atas sewaktu aku menjilat dan menggigit leher kanannya. Susunya yang mulai agak kendor itu aku remas lembut, dan memang tetek Mama cukup besar.

Mama melenguh seperti orang kesakitan,pinggulnya menggisar gisar selangkangku. Sambil mengemot teteknya,aku turunkan celana dalam Mama. Mama ditengah nafsunya hanya bisa berbisik pelan melarangku,tetapi sepertinya merestuiku untuk mencopot celana dalamnya. Aku meraba memeknya dan mengelus itilnya,yang ternyata sudah mulai berair.

Aku akhirnya minta ijin Mama untuk memasukkan kontolku kememeknya. Mama hanya menggumam tidak jelas ketika ujung kontolku sudah berada dimulut memeknya yang agak basah. Tanpa tertahan lagi Mama menangis tersedak sedak ketika aku mulai mengentotnya,anak kandungnya yang kurang ajar ini. Baru kali inilah aku meraskan jepitan memek wanita,yang juga kebetulan ibu kandungku,setelah setiap kali aku hanya mampu beronani membayangkan ngentot wanita. Aku memang kadang kadang membayangkan ibuku,Mamaku yang sexy, bahkan sampai mimpi basah.Sekarang impian telah menjadi kenyataan.

Persetubuhan dengan Mama akhirnya hampir mencapai puncaknya dan aku menggemgam erat rambut dibelakang kepalanya sampai Mama terdongak kepalanya kebelakang. Sambil dengan gemas kugigit lehernya,spermaku memancar deras kememeknya. Oh,aku telah menyetubuhi pertama kali wanita cantik yang juga Mamaku tercinta. Malam itu Mamaku adalah kekasihku,lonteku dan sekaligus guruku. Aku berbisik "Mmaahh, nanti minta lagi ya....", Mama hanya senyum dikulum sambil memelukku.

Suhaila Cerita Panas

Suhaila


Ini kisah benar, bukan tipu. Aku tengok banyak cerita dalam
my first time...pembohong...plot cerita hampir sama...ciplak.
Kisahnya begini. Aku berkhidmat di bandar JB dan kemudian
bertukar ke bandar KT. Sebelum bertukar aku kenal sorang girl
nama Sue..cute budaknya, bodi solid, umur baru 19 tahun. Aku
bagi tahu aku dah kahwin, tapi dia cakap, dia suka orang dah
kahwin, aku carry-on kawan dengan dia. Aku ni selalu out-
station dari KT ke JB dan setiap kali out station, keluar
dating. Mula-mula aku dengan dia ringan-ringan,Sue ni tak
kisah dan tak ada boy,so dia merelakan apa yang aku buat.Satu
hari, aku acah dia, ajak dia main. Dia kata okaylah...sebab
dia nak rasa juga, sedap ke main. Dia sendiri confess dia
masih virgin, tapi her don't mind. So one day masa aku out-
station aku set masa dan tempat di sebuah hotel. Aku bagi
no. bilik dan hotel. Sampai masa, lepas Sue habis kerja...
ding...dong...ding...dong...bell hotel berbunyi...Sure Sue
yang datang. Betul pun.

Aku suruh Sue masuk bilik. Dia kata baru balik kerja dan
nak mandi dulu. Aku bagi towel hotel dan dia agak malu-malu.
Sue bersalin dan berkemban. Phuhh...nampak terserlah bodinya.
Putih...maklumlah dia ni...emak China kahwin dengan Melayu.
Tetek dia taklah besar mana tapi mantap. Bontot dia pun masih
pejal. Lama jugak dia mandi...entah apa yang dibeleknya, aku
tak tahu. Aku relaks aje.

Lepas mandi, dia terus baring dengan berkemban. Aku duduk
sebelahnya, bau sabun..wangi. Aku sembang kejab dan aku
tahu Sue memang dah ready untuk dikorbankan malam itu. Aku
pegang tangan dia, aku ramas-ramas. Sebab dia ni virgin, aku
tengok dia macam gabrah. Aku cakap be cool. Don't worry,
Sue angguk...Aku cium tengkuk Sue...sebab dia begitu sensitif
bi bahagian tenguk, Aku cium pipinya...dan we did a french
kiss. Aku tengok nafas Sue dah turun naik. Aku pun dengan
penuh romantik mula meraba brest Sue. Breast anak dara...
tidak kecil dan tidak besar. Aku ramas perlahan-lahan dan
Sue merelakan. Kemudian aku tanggalkan towel di badan Sue.
Aku tak heran pun...sebab aku dah kahwin...macam perempuan
lain, ada buah dada dan pantat. Aku perhatikan...Sue ni
bulu pantatnya dicukur....botak habis. Aku tanya Sue apasal
cukur bulu, dia kata rimas bila ada bulu dan susah nak jaga.
Aku kemudiannya memainkan peranan, aku romen Sue dari mulut,
ke dada, aku ramas buah dadanya, aku jilat nipplenya...yang
tadinya agak lembik, dah mula mengeras. Dalam pada itu tangan
aku mula menakal. Aku meraba-raba pussy Sue. Sah Sue dah
berair. Tapi sebab aku ni dah kahwin aku relaks. Aku terus
merangsangkan Sue. Dia benar-benar horny. Kemudian dalam
keadaan dia antara sedar dengan tidak, aku telah pun berada
di celah kangkangnya. Bila aku mula menjilat pussynya...dia
tersedar dan menutup pussynya dengan kedua tangan...malu
katanya sebab aku tengok pussynya. Aku cakap relaks...Sue
mengalah dan membiarkan aku berbuat apa saja...malah kalau
tadi kangkangnya kecil sekarang kangkang dan 180 darjah.
Aku terus menjilat alurnya...sah masih dara...terserlah
merah pantat Sue...tembab pulak tu dan paling mudah sebab
pantatnya bercukur licin...smooth ajer lidah aku menjalankan
tugas. Air ghairah membasahi pantat Sue...itu yang buat aku
lagi ghairah. Sebab Sue ni masih virgin...tidaklah dia nie
meraung...hanya kedengaran bunyi mengerang halus yang keluar
dari mulutnya...tak keruan. Jari aku juga memainkan peranan.
Aku masukkan jari penunjuk aku ke dalam pussy Sue...tapi
terhalang oleh daranya...Sah ada dara lagi budak Sue ni.

Tangan Sue pula..mencari kote aku yang telah mengeras sejak
tadi. Diramas-ramasnya dan sebab dah ghairah sangat, dia
sendiri yang menanggalkan seluar aku. Aku cakap kat Sue..
nak jikat ais kerim ker? Sue tak faham...lalu aku suakan
kote aku ke mulutnya...Dia cuba mengelak...sebab tak pernah.
Tapi sebab aku ni pandai memujuk...Sue pasrah dan dalam
rasa malu..dipegangnya kote aku..dan dijilatnya di kepala
kote...Aku cakap...cuba kolom...dalam malu-malu dia mula
mengangakan mulutnya dan sedikit demi sedikit, kepala koteh
aku dijilat dan dikolomnya...Sempat jugak Sue cakap...best
jugak hisap koteh..Lepas itu, non-stop dia hisap koteh aku.
Sebab aku ni dah biasa dihisap kote...aku membiarkan Sue
menjalankan peranannya dan pada itu, aku terus memainkan
peranan aku di pussy Sue. Kami dalam kedudukan 69. Lama juga
kami dalam kedudukan sedemikian.

Sue benar-benar ghairah...dia benar-benar horny...rengekan
semakin panjang, nafasnya semakin kencang dan benar-benar
terangsang. Aku bisik kat Sue..."Sue ready". Sue angguk
antara sedar dengan tak sedar. Aku pun mula membaringkan
Sue. Sebab aku tahu, Sue ni masih virgin, aku ambil bantal
dan aku alaskan dipunggungnya...untuk memudahkan pelayaran.

Aku...mula menggeselkan hujung kepala kote aku ke pussy Sue.
Aku gesel-gesel di bijiknya yang mengeras...perlahan-lahan
aku main-mainkan kepala koteh di alur kemaluan Sue yang
telah banjir. Bila timing dan dapat angle yang baik, aku
talakan koteh aku yang mengeras tu ke lubang puki Sue.
Rengekkan Sue makin panjang. Aku mula menekan perlahan dan
perlahan... Sah budak Sue ni...masih virgin. Tak boleh
gelojoh....Makin lama, makin dalam koteh aku menerjah
lubang puki Sue..dengusan ghairah Sue makin panjang.Memang
ketat lubang puki Sue ni. Tetapi sebab ada pengalaman aku
tidak terus menjolok lubang puki Sue...aku mahu Sue benar-
benar ghairah dan dapat merasakan pengalaman pertamanya
di setubuhi oleh seorang lelaki.

Sue...meminta aku jangan buat macam itu...dia benar-benar
tak tahan. Aku pun slow-slow mula menekan....aku rasa ada
halangan...dan halangan ini...adalah daranya..Tindakan aku
mula agresif. Aku terus menekan batang kote aku...dan
serentak dengan itu, Sue menjerit kecil...sakit katanya...
Aku cakap...tahan sikit...Sue mengetapkan bibirnya dan
tangannya memegang hujung katil...untuk terus menahan asakan
aku...dan aku terus menekan...halangan itu dilepasi...sah
dara Sue dah robek...Aku tidak terus sorong tarik,
sebaliknya aku membiarkan sementara...koteh aku dalam puki
Sue...Tapi aku tengok Sue pulak yang memainkan peranannya.
Punggungnya diangkat ke atas ke bawah supaya koteh aku
memasuki pantatnya...Dia benar-benar ghairah...di sorong
tariknya batang aku....Aku mula memberi respon. Bermulalah
satu episod...Sue dah hilang kesakitan...seronok dan
ghairah yang memuncak. Air membasihi sekitar lubang puki
Sue dan memudahkan tugas aku. Tiba-tiba Sue mengetapkan
bibir dan badannya menahan keghairahan...kejang seketika..
Sue dah klimaks...tangannya memeluk erat belakang aku...
Aku terus menyetubuhi Sue.....dan akhirnya air aku keluar
jugak....Aku ingat...tak boleh pancut dalam pussy Sue...
Kalau mengandung nanti....susah nak jawab. Aku dah bagi
tahu Sue...aku tidak mahu ada ikatan dengannya sebab aku
dah kahwin...Dia setuju...lalu aku pancutkan air mani
aku di luar pussy Sue...Aku risau jugak...mana tahu ada
benih yang sesat....masuk...

Sue benar-benar puas dan lepas itu entah berapa kali aku
making love dengan Sue...selama 3 tahun...Sue sekarang dah
kahwin...2 kali kahwin...Tapi kalau Sue baca cerita ni...
ingatlah...pengalaman petama itu...akulah guru yang
mengajarnya erti seks ini...

Faizah Cerita Panas

Faizah

Aku kenal Faizah ni dah lama dah. Dari darjah 6 lagi.
Tapi baru sekarang aku couple ngan dia. Dia ni jenis
liar sikit. Tapi, aku tak kisah. Itu yang aku cari pun.
Kalau baik sangat pun, susah nak dapat.
Aku dah couple ngan dia dah 8 bulan. Setakat ni, kitorang
baru buat cemolot je. Tak lebih dari tu. Bukan aku tak try.
Dia yang tak kasi. Aku ingatkan sekejap je boleh dapat. Susah
gak.

Satu malam tu, aku datang kat rumah sewa dia. Dah dekat pukul
2 pagi dah. Saja je aku nak jumpa dia. Aku kata aku rindu
kat dia. Kitorang borak-borak kat luar rumah dia pasal
peraturan rumah sewa dia, lelaki memang tak dibenarkan
masuk. Bukan dia yang tak kasi, tapi ketua rumah dia.
Kitorang lepak luar lama gak. Pastu dia ajak aku masuk
dalam.

Aku kata, "Nanti diorang perasan nanti, susah."
"Diorang dah tidur nyenyak dah. Jangan risau laa.
Takkan takut kot?"
Aku pun masuk aje laa. Kitorang duduk kat kusyen.
Aku tak lepaskan peluang laa. Aku terus peluk dia.
Aku cium, aku jilat leher dia. Dia mengerang.
"Jangan. Nanti diorang bangun."
"Dah tu, sapa suruh ajak saya masuk tadi? Takkan nak
duduk diam aje?"

Lepas tu dia diam. Aku sambung balik.
Ntah macam mana, aku makin berang pelak. Tangan aku
meranyap cari buah dada dia. Dia tepis tangan aku.
Aku cakap laa, "Sampai bila awak nak mengelak? Awak langsung
tak kasi peluang kat saya. Jangan-jangan awak memang tak sayang
kat saya."

"Eh! Bukan macam tu. Sya sayang sangat kat awak. Tapi..."
"Kalau sayang, kenapa sampai sekarang awak mengelak kalau saya
buat macam tu? Bagi laa saya peluang kali ni, ok?"
Dia diam je.

Aku pun terus sambung balik apa yang aku buat tadi. Kali ni dia
tak mengelak. Peh! Dapat jugak akhirnya.
Aku ramas secukup-cukupnya.
Aku cuba pulak nak bukak t-shirt dia. Dia bagi line lagi.
Sampai laa badan dia dah takde cover lagi. Tapi, masa tu, ruang
tamu dia gelap. JAdi tak nampak jelas laa dia punya barang
tu. Ah! Janji dapat rasa, dah laa.

Aku senyum kat dia. Aku kata, "Saya nak..."
Belum sempat aku habis cakap, dia tarik kepala aku terus ke
puting dia. Dia dah faham agaknya. Aku apa lagi. Heh!
Dia bisik kat aku, "Saya dah bagi awak peluang. Bila awak nak bagi
saya peluang pulak?"
"Peluang apa?" aku tanya.
"Peluang yang macam awak dapat ni laa."
"Ooo... Awak nak buat kat saya macam saya buat kat awak ni ye?"
Dia angguk.
"Mana boleh!"
Muka dia masam balik.
"Saya punya tak timbul macam awak punya. Ha ha ha!" aku buat
lawak pulak.
"Orang serius ni!"
"Okey laa. Saya kasi peluang kat awak. Awak boleh buat apa saja
yang awak suka kat saya."
"APA SAJA?"
Aku angguk.
"Betul ni?"
"Nak ke tak nak?" aku kata.

Dia senyum, terus cium mulut aku. Dia bangun. Dia pulak yang
baringkan aku kat kusyen.
Dia tanggalkan t-shirt aku. Dia jilat-jilat dada aku.
Best siot!

Lepas tu, dia ramas-ramas 'barang' aku. Aku bair aje laa.
Dia nak buka pulak seluar aku.
Aku kata, "Awak..."
"Awak ingat! Awak kata tadi, 'APA SAJA saya nak buat, saya boleh
buat.' So, jangan buat-buat lupa, okey sayang?"
Aku malu sendiri.
Aku biarkan aje laa.
dah berjaya dia buka seluar aku, bogel laa aku depan dia.
Dia senyum aje.

Dia urut-urut aku punya 'barang'. Makin lama makin laju.
Aku biarkan aje. Iye laa. Sedap. Takkan nak halang pulak.
Lepas tu, dia start kulum aku punya tu. Time tu, tak tau
apa nak cakap.
"Awak! Nanti kalau awak dah nak keluar, awak kasi tau ye."
Aku angguk.

5 minit lepas tu, aku klimaks. Aku pancut kat atas dada dia.
Dia tanya, "Apasal cepat sangat?"
Siot! Buat malu aku je.
"Awak tak nak buat kat saya pulak ke?"
"Iye ke ni?"
"Hmmm!"
Aku tanggalkan kain batik dia. Underware dia dah basah habis
dah.
Aku terus usap-usap dia punya 'barang'. Dia mengeluh.
Aku teragak-agak, nak jilat ke tak nak.
Sekali lagi dia tarik kepala aku ke anu dia.
"Cepat laa, sayang."
Aku jilat aje laa.
Sekejap aje. Lepas tu, aku cakap nak 'main' dah. Dia angguk.
Aku masukkan pelan-pelan. sampai habis terbenam semua, aku makin
laju.

Sekali lagi, 5 minit, aku dah pancut. Kat dalam pulak tu.
Lepas tu, aku jilat-jilat dia punya 'barang'. Lama gak. Sampai
aku punya 'barang' tu naik balik.
Aku cakap, "Saya nak 'main' lagi, ye?"
"Okey."

Aku masukkan lagi sekali. Kali ni lama aku main.
Lepas 2 minit, aku tukar style. Dia kat atas pulak.
Lepas tu, style doggie pulak. Lama gak laa.
Lepas 20 minit tu, aku klimaks lagi. Lagi sekali aku pancut
kat dalam. Puas aku malam tu.
Lepas tu, kitorang lepak atas kusyen tu sambil berbogel.
Dia tanya, "Apasal memula tadi awak keluar cepat sangat?"
Aku cakap laa, "Ni saya punya first time."
"Ooo... Saya pun first time jugak. Tapi takde laa cepat camtu."
"Awak perempuan. Lain laa."
Dia cakap, "Awak..."
"Apa?"
"Kalau saya nak awak pancut kat dalam mulut saya, awak nak tak?"
"Mana awak belajar semua ni?" aku tanya.
"Kawan-kawan saya banyak yang ada cerita macam ni. Jadi,
saya pun tau laa serba sedikit. Awak nak tak kalau..."
"Okey!" aku balas.
Dia senyum, terus cari 'barang' aku. Bukan main laju dia hisap.
"Slow laa. Nanti cepat sangat keluar." aku kata.
15 minit lepas tu, aku rasa nak keluar.
"Awak. Saya dah nak keluar dah ni."
Dia angguk dan terus hisap.
aku pancut habis dalam mulut dia. Habis dia jilat. Takde pun yang menitik
kat tempat lain. Semua masuk dalam mulut dia.
Dia senyum aje.
Lepas tu, aku pakai baju, aku kata nak balik.
Aku kata, "Awak... Nanti, kalau saya nak 'buat' lagi, boleh
ke?"
"Datang laa."

Makcik Bibah Cerita Panas

Makcik Bibah

Peristiwa ini berlaku pada suatu petang semasa aku mencari kambing bapa aku hilang sekor. Hari itu pun gelap nak hujan semasa aku sampai dibelakang rumah Makcik Bibah hujan pun turun dengan lebatnya. Aku yang tiada pilihan terpaksa berteduh dicucur atap sebelah bilik mandi makcik Bibah.Sebenarnya makcik Bibah ni janda kematian suami. Dia mempunyai dua orang anak, dua dua perempuan dan sedang belajar diuniversiti semasa itu, jadi tinggallah makcik Bibah seorang diri. Dikampung dia dihormati kerana dia seorang pendiam, alim,suka tersenyum dan bertudung bila keluar rumah.

Sedang aku termenung menunggu hujan reda,tiba tiba lampu dibilik mandi makcik Bibah menyala dan cahayanya keluar dari dinding zink yang berlubang lubang.Aku pun melekapkan mata aku dekat salah satu lubang. Aku nampak jelas makcik Bibah berkemban masuk bilik mandi dan terus berbogel. Itulah pertama kali aku melihat perempuan berbogel dan seperti ada kejatan letrik memanaskan tubuh aku bila terlihat tubuh makcik Bibah tampa seuratbenang pun.Takku sangka tubuh makcik Bibah sungguh mengghairahkan walau umurnya sudah 40 lebih, lagi pun makcik Bibah selalu aku lihat berbaju kurung bila diluar rumah.

Makcik Bibah yang tidak sedar aku sedang mengitai, bertenggung dikolah sambil mencukur bulu cipapnya hingga licin. Konek aku tampa disuruh bangun mencanak. Tiba tiba aku lihat makcik Bibah tergesa gesa mencuci cipapnya dan memakai kain dan keluar.Frust juga aku sebab aku belum puas tengguk cipap makcik Bibah yang tembam tu.Terkejut aku bila kolar baju aku ditarik orang dari belakang rupanya makcik Bibah dah sedar ada orang sedang mengitainya. Apalagi sumpah seranah pun keluar sambil tangannya memukul mukul badanku, habis rambut aku ditarik tariknya sebelum aku sempat menjelaskan perkara sebenarnya.Mungkin bila terasa sakit tangannya memukul ditariknya aku kedalam rumahnya.

Didalam rumah sekali lagi aku disumpah seranah aku hanya tunduk saja.Sedih juga aku lihat bila dia menanggis sambil mulutnya tak renti memaki hamun. Bila aku lihat dia dah diam aku cuba menerangkan perkara sebenar. Aku cakap aku bukan sengaja, aku hanya nak tumpang teduh dan aku minta maaf kalau aku salah tapi aku bersumpah aku takda niat nak mengitai.Dia terduduk dikerusi makan,aku beranikan diri menghampiri dia. Sambil melutut aku minta maaf. Tanggisnya berkurang dan mengatakan tidak ada lelaki lain yang dapat melihat tubuhnya melainkan arwah suaminya.Aku berjanji yang aku tidak akan cerita peristiwa itu pada sesiapa.Bila aku tenguk dia diam,dengan ikhlas tanpa niat apa aku offer dia pula melihat tubuh aku.Dia terkejut dan mengatakan aku dah gila. Tapi aku katakan aku ikhlas supaya dia pun dapat melihat aku berbogel dan barulah adil.

Dia ketawa,lama dia terdiam.Dengan satu keluhan panjang dia kata baiklah makcik nak tenguk.Aku tanpa niat apa terus menanggal baju dan seluar aku yang basah konek aku pun kecut kesejukan.Aku lihat makcik Bibah melihat aku semacam aja sambil menggetap bibir.Terkejut aku bila makcik Bibah memeluk aku,aku teranggsang apalagi konek akupun mencanak bangun aku balas pelukannya dan dia mengucup bibir aku dalam.Habis telingga dan tengkuk aku dijilatnya,bila mulut aku terbuka menahan sedap dia memasukkan lidahnya dan menjilat lelangit aku.Mungkin dia dahaga sebab sudah lebih lima tahun suaminya meninggal dunia, habis dada dan perut aku dihisap dijilatnya sebelum mengulum konek aku.Terasa betul sedapnya tak sampai lima minit aku rasa nak terkeluar.Aku ramas rambutnya menahan sedap dan terus menembak air aku dalam mulutnya.Habis air mani aku ditelannya.Aku terjelepuk dilantai kesedapan,makcik Bibah ku lihat menyapu kesan air mani aku dimukanya dengan kain batiknya, kemudian terus menarik aku bangun.

Dengan sengaja dia melepaskan kain batiknya dan terus mengucup aku dan memeluk aku kuat kuat,aku terangsang.Dia menarik tangan aku kedalam bilik tidur,tanpa lengah aku pula menyerangnya habis tetek dia aku nyoyot, kemudian makcik Bibah baring dan menolak kepala aku kebawah sambil aku menjilat tubuh dia tanpa henti, sampai dicipapnya dia memegang rambut aku sambil menonyoh nonyoh muka aku kecipapnya. Sambil mengerang dia menyuruh aku menjilat cipap dia.Aku jilat sampai makcik Bibah terangkat punggungnya dan membuak buak air keluar dari cipapnya.Kemudian dia menonggeng dan menyuruh aku menjilatnya sekali lagi, aku pun dalam keadaan khayal terus menjilat dan sasaran aku ialah jubur dia,aku jolok dan korek jubor dia dengan lidah sekali lagi Makcik Bibah mengerang dan airnya keluar.Dia menelentang semula sambil mengangkang luas dan menarik konek aku yang tegang kedalam cipapnya.Sungguh terasa nikmatnya bila konek aku didalam cipap dia.Aku yang masih berdiri terus menghayun laju,aku lihat makcik Bibah mengerang kuat dan dengan ganas menarik tangan aku hingga tersembam muka aku diteteknya,dia memeluk aku dengan kuat dan aku terasa konek aku panas didalam cipapnya. Makcik Bibah terus kejang dan mengerang.Kemudian dia menonggeng kembali dan aku terus menhayunnya laju sambil jari aku mengulit lubang jubur dia,lagi sekali dia mengejang dan mengerang dan terus meniarap,frust aku bila konek aku tercabut tengah aku nak terkeluar,tanpa buang masa aku tanam balik konek aku,wow sedap sungguh menghayun bila dia meniarap,sambil mengemut gemutkan punggungnya.Aku hayun laju laju hingga terasa nak terkeluar aku tekan kuat kuat dan kami puas sama sama.


Semasa aku menyarung seluar aku makcik Bibah memegang konek aku dan mengatakan aku beruntung kerana memiliki konek yang panjang dan besar.Sebelum kami berpisah aku memeluknya dari belakang sambil memegang cipapnya dan bisik ditelingganya aku nak lagi, dia ketawa dan mengganguk sambil mencium pipi aku dan berkata besuk. Sejak hari itu seminggu mesti sekali kami bersama hingga aku melanjutkan pelajaranku keluar negeri.

Kak Lina

Kak Lina


Pengalaman pertama aku bersama perempuan berlaku kira-kira 7 tahun lalu. Pada waktu itu aku mula bekerja kilang. Oleh kerana rumah aku yang jauh dari tempat kerja maka aku dengan 2 orang kawan lagi menyewa bilik atas sebuah rumah. Bahagian bawah rumah didiami oleh sepasang suami isteri iaitu Abang Leh dengan Kak Lina, walupun mereka telah lama
berkahwin tapi masih tak mempunyai anak. Abang Leh umurnya lebih kurang 35 tahun dan Kak Lina pula dalam 32 tahun, kedua-dua mereka juga bekerja kilang jadi kadang-kadang hanya salah seorang sahaja yang ada dirumah tambahan pula Abang Leh suka kerja lebih masa jadi selalunya tinggal Kak Lina seorang dirumah.
Kak Lina memang seorang wanita yang cantik dan baik, selalunya dia akan memakai baju yang bersopan walaupun dia tak memakai tudung. Oleh kerana bilik air hanya ada satu dirumah itu maka kami terpaksa berkongsi antara kami berlima.Selalunya saya seorang saja yang ada kat rumah sebab
dua orang kawan saya tu selalu keluar dengan awek.
Memang lumrah orang muda suka mengendap, pada satu malam saya terdengar suara Kak Lina memanggil suaminya. "Bangg
dah dekat sebulan kita tak buat tu". Keghairahan aku pun
meningkat bila terdengar suara Abang Leh menjawap" Bang letih la Lina besok la kita buat". Kemudian terdengar suara
Kak Lina semacam merayu kepada suaminya"Abang tidur Lina buatkan" Dari celah-celah rekahan kayu lantai rumah aku lihat Kak Lina memegang batang Abang Leh yang masih lembik dan memasukkan kedalam mulutnya, hampir 5 minit aku lihat
batang Abang Leh hanya menegang sedikit sedangkan batang aku
memang keras macam besi. Dalam samar-samar itu aku lihat Kak
Lina bangun dan melondehkan kain batiknya dan aku lihat punggungnya masih bulat dan pejal. Semasa dia merangkak naik
keatas Abang Leh aku nampak rekahan vagina Kak Lina yang
kemerah-merahan, berderau darah aku melihatnya.Selepas itu aku lihat Kak Lina bertenggek di atas batang Abang Leh, aku lihat Kak Lina memegang batang Abang Leh dan memasukkannya kedalam lubang vaginanya tetapi tak berjaya kerana batang Abang Leh yang tak menegang sepenuhnya, tapi setelah berkali-kali mencuba akhirnya batang Abang Leh masuk dalam
lubang Kak Lina. Kak Lina menggoyang-goyangkan punggungnya
supaya batang Abang Leh bergerak dalam lubang vaginanya, tak
sampai 5 minit aku terdengar suara Abang Leh mengerang sambil tangannya meramas-ramas punggung Kak Lina "Lina abang
nak terpancut ni" Cepatnya fikir hatiku, aku kalau melancap
pun dekat 15 minit kalau main dengan Kak Lina boleh tahan
1/2 jam ni. Aku memang ingin melancap masa itu juga tapi
fikir-fikir elok melancap dalam bilik air.Tetapi niat aku
terhenti seketika apabila aku lihat Kak Leha bangun dari atas Abang Leh dan terus kebilik air.
Setelah menunggu hampir 1/2 jam baru aku lihat Kak Lina kembali kedalam biliknya dengan muka yang ceria, mungkin Kak
Leha melancap kot fikir hatiku tapi sekarang aku mesti ke
bilik air kalau tidak terpancut air mani aku atas katil.
Sampai dalam bilik air aku menarik seluar pendek aku kebawah
dan sambil berdiri aku mengurut-ngurut batangku yang panjang
nya hampir 8 inci dan hampir sebesar lengan, kepala batangku
licin dan kemerah-merahan apa yang aku bayangkan masa itu hanyalah rekahan vagina Kak Lina. Setelah hampir 15 minit
melancapkan batangku aku tersentak apabila pintu bilik
air ditolak orang "Kak Lina" suaraku semacam tersekat Kak Lina tercegat didepan mataku. Kak Lina semacam terpegun melihat batangku yang kemas berada dalam genggamanku. Aku lihat mata Kak Lina tertumpu pada batangku yang panjang dan keras itu. Sifat malu semakin berkurang pada diriku dan aku
memberanikan diri pergi kearah Kak Lina. Masa aku hampir denganya mata kami berdua saling berpandangan, aku memegang
tangan Kak Lina dan meletakannya pada batangku yang sangat
keras itu.
Memang seperti yang dijangkakan Kak Lina terus mengurut-ngurut batangku dan memasukkannya kedalam mulutnya. Inilah
pertama kali batangku dihisap oleh seorang perempuan. Kak Lina memang sangat ghairah ketika itu bukan saja batangku
yang dihisapnya tapi buah zakarku juga. Semasa Kak Lina
meneruskan kerja-kerja hisapannya, aku menarik kain batiknya
dan menampakkan punggungnya yang bulat dan pejal itu. Tanganku terus mengusap-usap rekahan vaginanya yang basah
itu.
Sedang aku asyik mengusap-ucap biji kelentit Kak Lina dia
memandang aku dan berkata "Wan, kita bersatu sekarang Wan,
nanti takut Abang Leh terjaga pula" Aku memandang Kak Lina
dan mengangguk tanda setuju. Kak Lina berbaring atas lantai
bilik air dan mengankangkan kedua-dua pahanya yang gebu itu.
Kak Leha bertanya "Wan pernah tak buat seks". Aku mengelengkan kepala."Tak pa akak ajarkan, naik atas akak.
Aku berada atas Kak Lina yang telanjang bulat, aku dapat lihat jelas tubuhnya yang putih dan bentuk badan yang sangat
mengiurkan, buah dadanya sederhana besar tapi masih tegang, tapi itu tak penting sekarang. Kak Lina memegang batangku
dan meletakkanya kepala batangku diatas rekahan vaginanya dan mengarahkan aku menekan batangku perlahan-lahan kedalam
lubang vaginanya."Wan tekan sikit sampai masuk kepala" dlm
suara yang penuh keghairahan Kak Lina mengerang "mmmhhhmmm
sedap Wan sedap tekan lagi sampai habis". Aku terus menekan
batangku ke dasar vagina Kak Lina, terasa kehangatan lubang
vagina Kak Lina dan juga air vagina. Dengan arahan Kak Lina
supaya aku menutuhnya dengan kuat aku terus menarik dan
menekan batangku kedalam lubang vagina Kak Lina sepantas
yang mungkin. Hampir 25 minit berdayung akhirnya aku memancutkan air maniku kedalam rahim Kak Lina.
Selepas peristiwa itu aku selalu mengadakan hubungan seks
dengan Kak Lina hampir setiap hari. Sekarang dia telah mempunyai 3 orang anak hasil dari hubungan kami, tetapi semua anak itu berbinkan Abang Leh dan hubungan mereka suami
isteri pun sangat baik sekarang dan Abang Leh tak pernah mensyaki apa-apa. Walaupun aku telah berkahwin sekarang tetapi dalam sebulan sekurang-kurangnya 2 kali aku akan
ke rumah Kak Lina dan selalunya kami akan bersetubuh 2 kali
pancut, dan kadang-kadang didepan anak-anaknya. Kak Lina
memang pandai memuaskan nafsu aku.